Tanaman hias memang sedang menjadi trend beberapa tahun ke belakang, bahkan kebanyakan dari pecinta hobi ini berhasil menyulap kamar atau tempat tinggalnya menggunakan tanaman hias sebagai interior yang apik! Namun, bagaimana dengan tanaman pangan? Apakah kita memiliki ketertarikan yang sama dengan jenis tanaman ini?
Bisa dikatakan, semua aspek masyarakat terdampak oleh pandemi COVID-19, baik di kota ataupun di pedesaan. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Dengan terbatasnya ruang gerak yang ada saat ini, sedangkan kebutuhan terus mendesak, tuntutan terus melaju tanpa memperhitungkan pandemi, dan waktu terus bergulir. Kami sadar, bahwa ini tidak mudah untuk dilewati begitu saja.
Satu cerita menarik muncul dari sekelompok warga di Banjar Tegeh Sari, Desa Pakraman Tonja, Denpasar. Daerah ini adalah lingkungan perkotaan yang sangat padat. Penuh dengan berbagai jenis usaha dan perumahan. Bisa dibilang tipikal perkotaan yang sangat heterogen. Sebelum pandemi, sebenarnya telah muncul inisiatif di daerah ini untuk mengelola limbah dapur warga, dalam bentuk bank sampah dan pembuatan kolam lele, inisiatif ini menjadi nilai tambah yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri.
Dengan semakin maraknya penyebaran COVID-19, dampak mulai terasa dan menyebar merata terutama bagi mereka yang berada di wilayah perkotaan. Ditambah lagi dengan kebijakan terkait penanganan COVID-19 yang kerap berubah. Perlahan, ketahanan pangan mulai menjadi bahan pertimbangan serius. Tak terkecuali untuk warga di Banjar Tegeh Sari. Beberapa di antara mereka mulai berpikir apa yang dapat dilakukan dalam situasi saat itu, bagaimana beradaptasi, memanfaatkan apa yang mereka miliki. Mereka pun mulai mencari cara untuk memanfaatkan sistem pemilahan sampah rumah tangga yang sudah berjalan. Mengolah sampah organik rumah tangga untuk dapat kembali lagi ke rumah tangga dalam bentuk pupuk. Pupuk ini akan menjadi penyubur tanaman di rumah-rumah.
Muncullah ide untuk membuat kebun-kebun rumah tangga bagi warga di banjar ini, hanya dengan memanfaatkan lahan kecil dan terbatas tipikal rumah perkotaan pada umumnya. Hasil dari kebun, baik dalam bentuk tanaman sayuran, buah, tanaman herbal, bahkan tanaman buah atau daunnya bisa dimanfaatkan sebagai keperluan ibadah. Selain itu, kegiatan berkebun di rumah tangga ini juga dapat menjadi tambahan kegiatan yang sangat positif untuk kegiatan di rumah, sekaligus sarana edukasi untuk anak-anak supaya bisa mengenal tanaman sebagai makhluk hidup yang harus turut kita jaga kelestariannya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah, dengan berkebun mandiri, kita juga menghemat biaya belanja sayuran.